Senin, 23 Mei 2011

ABoRtus


Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum kehamilan tersebut berusia 20 minggu dan berat janin kurang dari 500 gram atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan.
Etiologi Abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah. Sebaliknya pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal-hal yang dapat menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut.
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan hasil konsepsi yang berat dapat menyebabkan kematian mudigah pada kehamilan muda. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut.
  1. Kelainan kromosom.
Kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan adalah trisomi,poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
  1. Lingkungan kurang sempurna.
Bila lingkungan di endometrium di sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehinggga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
  1. Pengaruh dari luar.
Radiasi, virus, obat-obatan, dan sebagainya dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen. Zat teratogen yang lain misalnya tembakau, alkohol, kafein, dan lainnya.
  1. Kelainan pada plasenta
Endarteritis dapat terjadi dalam vili koriales dan menyebabkan oksigenisasi plasenta terganggu, sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini biasa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
  1. Penyakit ibu.
a)     penyakit infeksi dapat menyebabkan abortus yaitu pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria, dan lainnya. Toksin, bakteri, virus, atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga menyebabkan kematian janin, kemudian terjadi abortus.
b)    Kelainan endokrin misalnya diabetes mellitus, berkaitan dengan derajat kontrol metabolik pada trimester pertama.selain itu juga hipotiroidism dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, dimana autoantibodi tiroid menyebabkan peningkatan insidensi abortus walaupun tidak terjadi hipotiroidism yang nyata.
  1. kelainan traktus genitalia
retroversion uteri, mioma uteri, atau kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus. Tetapi, harus diingat bahwa hanya retroversion uteri gravid inkarserata atau mioma submukosa yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus dalam trimester ke 2 ialah serviks inkompeten yang dapat disebabkan oleh kelemahan bawaan pada seviks, dilatasi serviks berlebihan,konisasi, amputasi, atau robekan serviks luas yang tidak dijahit.
Patologi Abortus
Pada awal abortus terjadi perdarahan dalam desidua basalis kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales  belum menembus desidua lebih dalam, sehingga hasil konsepsi mudah dilepaskan. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah adalah janin disusul dengan plasenta. Pedarahan jumlahnya tidak banyak jika plasenta segera terlepas dengan lengkap.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Adakalanya kantong amnion kosong atau tampak didalamnya benda kecil tanpa bentuk yang jelas (blighted ovum) atau janin telah mati dalam waktu yang lama (missed abortion).
Apabil mudigah yang mati tidak dikeluarkan secepatnya, maka akan menjadi mola karneosa. Mola karneosa merupakan suatu ovum yang dikelilingi oleh kapsul bekuan darah. Kapsul memiliki ketebalan bervariasi, dengan villi koriales yang telah berdegenerasi tersebar diantaranya. Rongga kecil didalam yang terisi cairan tampak menggepeng dan terdistorsi akibat dinding bekuan darah lama yang tebal. Bentuk lainnya adalah mola tuberosa, dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol karena terjadi hematoma antara amnion dan korion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat terjadi proses mumifikasi. Mumifikasi merupakan proses pengeringan janin karena cairan amnion berkurang akibat diserap, kemudian janin menjadi gepeng (fetus kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut janin dapat menjadi tipis seperti kertas perkamen (fetus papiraseus).
Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak cepat dikeluarkan adalah terjadinya maserasi. Tulang-tulang tengkorak kolaps dan abdomen kembung oleh cairan yang mengandung darah. Kulit melunak dan terkelupas in utero atau dengan sentuhan ringan. Organ-organ dalam mengalami degenerasi dan nekrosis.
Klasifikasi Abortus
Berdasarkan jenis tindakan, abortus dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
1)    abortus spontan
abortus yang berlangsung tanpa tindakan. Kata lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage).
2)    abortus provokatus
abortus provokatus adalah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat suatu tindakan. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 yaitu :
a)     Abortus provokatus terapeutik / artificialis
Merupakan terminasi kehamilan secara medis atau bedah sebelum janin mampu hidup (viabel). Beberapa indikasi untuk abortus terapeutik diantaranya adalah penyakit jantung persisten dengan riwayat dekompensasi kordis dan penyakit vaskuler hipertensi tahap lanjut. Yang lain adalah karsinoma serviks invasif. American College Obstetricians and Gynecologists (1987) menetapkan petunjuk untuk abortus terapeutik :
  • Apabila berlanjutnya kehamilan dapat mengancam nyawa ibu atau mengganggu kesehatan secara serius. Dalam menentukan apakah memang terdapat resiko kesehatan perlu dipertimbangkan faktor lingkungan pasien.
  • Apabila kehamilan terjadi akibat perkosaan atau incest. Dalam hal ini pada evaluasi wanita yang bersangkutan perluditerapkan kriteria medis yang sama.
  • Apabila berlanjutnya kehamilan kemungkinan besar menyebabkan lahirnya bayi dengan retardasi mental atau deformitas fisik yang berat.
b)    Abortus provokatus kriminalis
Abortus provokatus kriminalis adalah interupsi kehamilan sebelum janin mampu hidup atas permintaan wanita yang bersangkutan, tetapi bukan karena alasan penyakit janin atau gangguan kesehatan ibu. Sebagian besar abortus yang dilakukan saat ini termasuk dalam katagori ini.
Secara klinik abortus dapat diklasifikasikan menjadi :
1)             Abortus imminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa dilatasi serviks. Pada kondisi seperti ini, kehamilan masih mungkin berlanjut atau dipertahankan.
2)             Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uterus yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Kondisi ini menunjukan proses abortus sedang berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
3)             Abortus inkomplit
Abortus inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
4)             Abortus komplit
Abortus komplit adalah pengeluaran seluruh hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu.
5)             Abortus tertunda (missed abortion)
Abortus tertunda adalah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin yang mati tersebut tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga adanya pengaruh hormone progesteron. Pemakaian hormon progesteron pada abortus imminens mungkin juga dapat menyebabkan missed abortion.
6)             Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan penyebab abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX). Pasien dengan reaksi lemah atau tidak ada akan mengalami abortus.
7)             Abortus infeksiosa, abortus septik
Abortus infeksiosa adalah abortus yang disertai infeksi pada genitalia, sedangkan abortus septik adalah abortus infeksiosa berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.
8)             Abortus servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis, dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang menipis.
Diagnosis Abortus
Abortus harus diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh tentang perdarahan pervaginam setelah mengalami terlambat haid. Kecurigaan tersebut diperkuat dengan ditentukannya kehamilan muda pada pemeriksaan bimanual dan dengan tes kehamilan secara biologis (Galli Mainini) atau imunologik (Pregnosticon, Gravindex).
Sebagai kemungkinan diagnosis yang lain harus dipikirkan kehamilan ektopik terganggu, mola hidatidosa, atau kehamilan dengan kelainan pada serviks.
Kehamilan ektopik terganggu dengan hematokel retrouterina kadang sulit dibedakan dengan abortus dimana uterus posisi retroversi. Pada keduanya ditemukan amenorea disertai perdarahan pervaginam, rasa nyeri di perut bagian bawah, dan tumor dibelakang uterus. Tetapi keluhan nyeri biasanya lebih hebat pada kehamilan ektopik. Apabila gejala-gejala menunjukan kehamilan ektopik terganggu, dapat dilakukan kuldosintesis untuk memastikan diagnosanya. Pada molahidatidosa uterus biasanya lebih besar daripada lamanya amenorea dan muntah lebih sering. Apabila ada kecurigaan terhadap molahidatidosa, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Karsinoma serviks uteri, polypus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan ini dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.
Abortus imminens
Diagnosis abortus imminens ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules sedikit atau tidak sama sekali, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan , serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif. Pada beberapa wanita hamil dapat timbul perdarahan sedikit pada saat haid yang semestinya datang jika tidak terjadi pembuahan. Hal ini disebabkan oleh penembusan villi koriales kedalam desidua, pada saat implantasi ovum. Perdarahan implantasi biasanya sedikit, darah berwarna merah, dan cepat berhenti, serta tidak disertai rasa mulas.
Pemeriksaan penunjang yang dapat menegakan diagnosis abortus imminens salah satuya adalah dengan pemeriksaan USG. Pada USG dapat ditemukan buah kehamilan masih utuh. Diagnosis meragukan jika kantong kehamilan masih utuh, tetapi pulsasi jantung janin belum jelas.
Abortus insipiens
Diagnosis abortus insipiens ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Pada pemeriksaan dalam,ostium terbuka, buah kehamilan masih didalam uterus, serta ketuban masih utuh dan dapat menonjol.
Pada kehamilan lebih dari 12 minggu biasanya perdarahan tidak banyak dan bahaya perforasi pada kerokan akan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infus oksitosin.
Abortus inkomplit
Diagnosis abortus inkomplit ditentukan karena adanya perdarahan melalui ostium uteri eksternum, disertai mules atau adanya kontraksi uterus. Apabila perdarahan banyak dapat menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan. Pada pemeriksaan vaginal, kanalis servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksterum.
Abortus inkomplit sering berhubungan dengan aborsi yang tidak aman, oleh karena itu periksa tanda-tanda komplikasi yang mungkin terjadi akibat abortus provokatus seperti perforasi, dan tanda-tanda infeksi atau sepsis.
Abortus komplit
Pada abortus komplit ditemukan adanya perdarahan yang sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus telah mengecil. Diagnosis dapat dipermudah apabila hasil konsepsi dapat diperiksa dan dapat dinyatakan bahwa semuanya sudah keluar dengan lengkap.
Abortus tertunda (missed abortion)
Dahulu diagnosis biasanya tidak dapat ditentukan dalam satu kali pemeriksaan, melainkan memerlukan waktu pengamatan untuk menilai tanda-tanda tidak tumbuhnya atau bahkan mengecilnya uterus yang kemudian menghilang secara spontan atau setelah pengobatan. Gejala subyektif kehamilan menghilang, mammae agak mengendor lagi, uterus tidak membesar lagi bahkan mengecil, tes kehamilan menjadi negatif, serta denyut jantung janin menghilang. Dengan ultrasonografi (USG) dapat ditentukan segera apakah janin sudah mati dan besarnya sesuai dengan usia kehamilan. Perlu diketahui pula bahwa missed abortion kadang-kadang disertai gangguan pembekuan darah karena hipofibrinogenemia, sehingga pemerikaan kearah ini perlu dilakukan.
Abortus habitualis
Diagnosis abortus habitualis tidak sukar ditentukan dengan anamnesis. Khususnya diagnosis abortus habitualis karena inkompetensia menunjukan gambaran klinik yang khas yaitu dalam kehamilan triwulan kedua terjadi pembukaan serviks tanpa disertai mulas, ketuban menonjol dan pada suatu saat pecah. Kemudian timbul mulas yang selanjutnya diikuti dengan melakukan pemeriksaan vaginal tiap minggu. Penderita sering mengeluh bahwa ia telah mengeluarkan banyak lender dari vagina. Diluar kehamilan penentuan serviks inkompeten dilakukan dengan histerosalfingografi yaitu ostium internum uteri melebar lebih dari 8 mm.
Abortus infeksiosa, abortus septik
Diagnosis abortus infeksiosa ditentukan dengan adanya abortus yang disertai dengan gejala dan tanda infeksi alat genitalia, seperti panas, takikardi, perdarahan pervaginam yang berbau, uterus yang membesar, lembek serta nyeri tekan, dan adanya leukositosis.
Apabila terdapat sepsis, penderita tampak sakit berat, kadang-kadang menggigil. Demam tinggi, dan tekanan darah menurun. Untuk mengetahui kuman penyebab perlu dilakukan pembiakan darah dan getah pada serviks uteri.
Abortus servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis, dan serviks uteri menjadi besar dengan dinding yang menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan diatas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
Penanganan Abortus
Penilaian awal
Untuk penanganan yang memadai, segera lakukan penilaian dari :
  • Keadaan umum pasien
  • Tanda-tanda syok seperti pucat, berkeringat banyak, pingsan, tekanan sistolik < 90 mmHg, nadi > 112 x/menit
  • Bila syok disertai dengan massa lunak di adneksa, nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan ektopik yang terganggu.
  • Tanda-tanda infeksi atau sepsis seperti demam tinggi, sekret berbau pervaginam, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi, gelisah atau pingsan.
  • Tentukan melalui evaluasi medik apakah pasien dapat ditatalaksana pada fasilitas kesehatan setempat atau dirujuk (setelah dilakukan stabilisasi)
Penanganan spesifik
  1. Abortus imminens
  • Tidak diperlukan pengobatan medik yang khusus atau tirah baring total
  • Anjurkan untuk tidak melakukan aktifitas fisik secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual.
  • Bila perdarahan :
-       Berhenti: lakukan asuhan antenatal terjadwal dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan lagi.
-       Terus berlangsung: nilai kondisi janin (uji kehamilan/USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan adanya penyebab lain (hamil ektopik atau mola).
-       Pada fasilitas kesehatan dengan sarana terbatas, pemantauan hanya dilakukan melalui gejala klinik dan hasil pemeriksaan ginekologis.
  1. Abortus insipiens
  • Lakukan prosedur evakuasi hasil konsepsi. Bila usia gestasi ≤ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan peralatan aspirasi vakum manual (AVM) setelah bagian-bagian janin dikeluarkan. Bila usia gestasi ≥ 16 minggu, evakuasi dilakukan dengan prosedur dilatasi dan kuretase (D&K)
  • Bila prosedur evakuasi tidak dapat segera dilaksanakan atau usia gestasi lebih besar dari 16 minggu, lakukan tindakan pendahuluan dengan :
-       Infuse oksitosin 20 unit dalam 500ml NS atau RL mulai dengan 8 tetes/menit yang dapat dinaikan hingga 40 tetes/menit, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi.
-       Ergometrin 0,2 mg IM yang diulangi 15 menit kemudian.
-       Misoprostol 400mg per oral dan apabila masih diperlukan, dapat diulangi dengan dosis yang sama setelah 4 jam dari dosis awal.
  • Hasil konsepsi yang tersisa dalam kavum uteri dapat dikeluarkan dengan AVM atau D&K (hati-hati resiko perforasi)
  1. Abortus inkomplit
  • Tentukan besar uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi atau sepsis).
  • Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai dengan perdarahan hingga ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum. Setelah itu evaluasi perdarahan :
-       Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral
-       Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan AVM atau D&K (pilihan tergantung dari usia gestasi, pembukaan serviks dan keberadaan bagian-bagian janin).
  • Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotik profilaksis (ampisilin 500 mg oral atau doksisiklin 100 mg)
  • Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg setiap 8 jam.
  • Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi dibawah 16 minggu, segera lakukan evakuasi dengan AVM.
  • Bila pasien tampak anemik, berikan sulfas ferosus 600 mg perhari selama 2 minggu (anemia sedang) atau transfusi darah (anemia berat).
Pada beberapa kasus, abortus inkomplit erat kaitannya dengan abortus tidak aman, oleh sebab itu perhatikan hal-hal berikut:
  • Pastikan tidak ada komplikasi berat seperti sepsis, perforasi uterus, atau cidera intra abdomen (mual/muntah, nyeri punggung, demam, perut kembung, nyeri perut bawah, dinding perut tegang, nyeri ulang lepas).
  • Bersihkan ramuan tradisional, jamu, bahan kaustik, kayu, atau benda-benda lainnya dari region genitalia.
  • Berikan boster tetanus toksoid 0,5 ml bila tampak luka kotor pada dinding vagina atau kanalis servikalis dan pasien pernah diimunisasi.
  • Bila riwayat pemberian imunisasi tidak jelas, berikan serum anti tetanus (ATS) 1500 unit IM diikuti dengan pemberian tetanus toksoid 0,5 ml setelah 4 minggu.
  • Konseling untuk kontrasepsi pascakeguguran dan pemantauan lanjut.
  1. Abortus komplit
  • Apabila kondisi pasien baik, cukup diberi tablet ergometrin 3×1 tablet/hari untuk 3 hari.
  • Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan bergizi. Untuk anemia berat berikan transfuse darah.
  • Apabila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak perlu diberi antibiotika, atau apabila khawatir akan infeksi dapat diberi antibiotik profilaksis.
  1. Abortus infeksiosa
  • Kasus ini beresiko tinggi untuk terjadi sepsis, apabila fasilitas kesehatan setempat tidak mempunyai fasilitas yang memadai, rujuk pasien ke RS
  • Sebelum merujuk pasien lakukan restorasi cairan yang hilang dengan NS atau RL melalui infuse dan berikan antibiotika(misalnya ampisilin 1 gr dan metronidazol 500 mg).
  • Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan TT.
  • Pada fasilitas kesehatan yang lengkap, dengan perlindungan antibiotik berspektrum luas dan upaya sbilisasi hingga kondisi pasien memadai, dapat dilakukan pengosongan uterus dengan segera (lakukan secara hati-hati karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini)
Tabel 2.1 kombinasi antibiotika untuk abortus infeksiosa
Kombinasi antibiotika
Dosis oral
catatan
Ampisilin dan
metronidazol
3×1 gr oral dan
3×500 mg
Berspektrum luas dan mencakup untuk gonorrhea dan bakteri anaerob
Tetrasiklin dan
klindamisin
4×500 mg dan
2x300mg
Baik untuk klamidia, gonorrhea,bakteroides fragilis
Trimethoprim dan
sulfamethoksazol
160 mg dan
800 mg
Spectrum cukup luas dan harganya relatif murah
Table 2.2 antibiotika parenteral untuk abortus septik
Antibiotika
Cara pemberian
Dosis
Sulbenisilin
Gentamisin
metronidazol
IV
3×1 gr
2×80 mg
2×1 gr
Seftriaksone
IV
1×1 gr
Amoksisiklin + klavulanik acid
klindamisin
IV
3×500 mg
3×600 mg
  1. Abortus tertunda (missed abortion)
Missed abortion seharusnya ditangani di rumah sakit atas pertimbangan :
  • Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim, sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih sulit dan resiko perforasi lebih tinggi.
  • Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan batang laminaria selama 12 jam.
  • Tingginya kejadian komplikasi hipofibrinogenemia yang berlanjut dengan gangguan pembekuan darah.
  1. Abortus habitualis
  • Penyebab abortus habitualis sebagian besar tidak diketahui oleh karena itu penanganannya terdiri dari: memperbaiki keadaan umum, pemberian makanan yang sempurna, menganjurkan untuk istirahat yang cukup, larangan koitus dan olahraga.
  • Terapi dengan hormone progesteron, vitamin, hormon tiroid, dan lainnya mungkin hanya mempunyai pengaruh psikologis karena penderita mendapat kesan penderita diobati.
  • Apabila pada pemeriksaan histerosalfingografi yang dilakukan dluar kehamilan menunjukan kelainan miom submukoa atau uterus bikornu maka kelainan tersebut dapat diperbaiki dengan pengeluaran miom atau penyatuan kornu uterus dengan operasi menurut Strassman.
  • Pada serviks inkompeten, apabila penderita telah hamil maka operasi untuk mengecilkan ostium uteri internum sebaiknya dilakukan pada kehamilan 12 minggu atau lebih sedikit. Dasar operasi adalah memperkuat jaringan serviks yang lemah dengan melingkari daerah ostium uteri internum dengan benang sutera atau dakron yang tebal. Bila terjadi gejala dan tanda abortus insipiens , maka benang harus segera diputuskan, agar pengeluaran janin tidak terhalangi. Apabila operasi berhasil, maka kehamilan dapat dilanjutkan sampai hampir cukup bulan dan benang dipotong pada kehamilan 38 minggu. Operasi tersebut dapat dilakukan menurut cara Shirodkar atau cara Mac Donald.
  1. Abortus servikalis
  • Terapi terdiri atas dilatasi serviks dengan busi Hegar dan kerokan untuk mengeluarkan hasil konsepsi dari kanalis servikalis.
Komplikasi Abortus
Komplikasi yang berbahaya pada abortus adalah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
  • Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu diberikan transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
  • Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
  • Infeksi
  • Syok
Syok pada abortus dapat terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dank arena infeksi berat (syok endoseptik).
Daftar Pustaka
Pedoman Diagnosis & Terapi Obstetri & Ginekologi RSUP Dr. Hasan Sadikin Bagian II Ginekologi. Editor : Hidayat Wijayanegara, dkk. Bandung :  Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran RSUP Dr. Hasan Sadikin, 1997.
Prawirohardjo, Sarwono. Ilmu kandungan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2007.
Wibowo, Budiono. Ilmu Kebidanan. Editor : Hanifa Wiknjosastro, dkk. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar