Kamis, 19 Mei 2011

Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester I dan II


“KOMPLIKASI, KELAINAN, PENYAKIT DALAM MASA KEHAMILAN”


A.    Komplikasi dan Penyulit Kehamilan Trimester I dan II
  1. Anemia Dalam Kehamilan
            Baik di negara maju maupun di negara berkembang, seseorang disebut menderita anemia bila kadar hemoglobin (Hb) kurang dari 10 gr%, disebut anemia berat, atau bila kurang dari 6 gr%, disebut anemia gravis.
            Wanita tidak hamil mempunyai nilai normal hemoglobin 12-15 gr% dan hematokrit 35-54%. Angka-angka tersebut juga berlaku untuk wanita hamil; terutama wanita yang mendapat pengawasan selama hamil. Oleh karena itu, pemeriksaan hematokrot dan hemoglobin harus menjadi pemeriksaan darah rutin selama pengawasan antenatal. sebaiknya pemeriksaan dilakukan setiap 3 bulan atau paling sedikit 1 kali pada pemeriksaan pertama atau pada triwulan 1 dan sekali lagi pada triwulan akhir.
a.     Penyebab anemia umumnya adalah:
1)     Kurang gizi (malnutrisi)
2)     Kurang zat besi dalam diet
3)     Malabsorpsi
4)     Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain-lain.
5)     Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain.
      Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (hiperemia/hipervolumia) karena itu terjadi pengenceran darah karena sel-sel darah tidak sebanding pertambahannya dengan plasma darah.
Perbandingan pertambahan tersebut adalah:
·            Plasma darah bertambah: 30 %
·            Sel-sel darah bertambah: 18 %
·            Hemoglobin bertambah: 19 %
      Secara fisiologis, pengenceran darah ini adalah untuk membantu meringankan kerja jantung.
b.    Frekuensi
      Laporan-laporan dari seluruh dunia menyebutkan bahwa frekuensi anemia dalam kehamilan cukup tinggi, terutama di negara-negara berkembang, yaitu 10-20%
1)     Frekuensi anemia dalam kehamilan di Indonesia:
·    Hoo Swie Tjiong (1962): 18,5%
·    Njo Tiong dan Poerwo soedarmo (1975): 16,1% pada triwulan 1 dan 49,9 pada triwulan III
2)     Pengaruh anemia terhadap kehamilan, persalinan, dan nifas:
·     Keguguran
·     Partus prematurus
·     Inersia uteri dan partus lama, ibu lemah
·     Atonia uteri dan menyebabkan pendarahan
·     Syok
·     Afibrinogenemia dan hipofibrinogenemia
·     Infeksi intrapartum dan dalam nifas
·     Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan. Bahkan basa fatal.
3)     Pengaruh anemia terhadap hasil konsepsi
      Hasil konsepsi 9janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam jumlah besar untuk pembuatan butir-butir darah merah dan pertumbuhannnya, yaitu sebanyak berat besi. Jumlah ini merupakan 1/10 dari seluruh besi dalam tubuh. Terjadinya anemia dalam kehamilan bergantung dari jumlah persediaan besi dalam hati, limpa, dan sumsum tulang.
      Selama masih mempunyai cukup persediaan besi, Hb tidak akan turun dan bila persediaan ini habis, Hb akan turun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan, pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bila terjadi anemia, pengaruhnya terhadap hasil konsepsi adalah:
a).   Kematian mudigah (keguguran)
b).   Kematian janin dalam kandungan
c).   Kematian janin waktu lahir (stillbirth)
d).   Kematian perinatal tinggi
e).   Prematuritas
f).    Dapat terjadi cacat bawaan
g).   Cadangan besi kurang
c.     klasifikasi anemia dalam kehamilan:
1)     Anemia defisiensi besi (62,3%)
2)     Anemia megaloblastik (29,0%)
3)     Anemia hipoplastik (8,0%)
4)     Anemia hemolitik (sel Sickle) (0,7%)
4)     Anemia defisiensi besi
      Anemia jenis ini biasanya berbentuk normositik dan hipokromik serta paling banyak dijumpai. Penyebabnya telah dibicarakan di atas sebagai penyebab anemia umumnya.
d.    Pengobatan:
Keperluan zat besi untuk wanita non hamil, hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah:
1)     FNB Amerika Serikat (1958): 12 mg-15 mg-15 mg
2)     LIPI Indonesia (1968): 12 mg-17 mg-17 mg
Kemasan zat besi dapat diberikan per oral atau parental
1)     Per oral: sulfas serosus atau glukonas ferosus dengan dosis 3.5 x 0,29 mg
2)     Parenteral: diberikan bila ibu hamil tidak tahan pemberian per oral atau absorbsi di saluran pencernaan kurang baik, kemasan diberikan secara intramuskuler atau intravena. Kemasan ini antara lain; imferon, jectofer dan ferrigen. Hasilnya lebih cepat dibandingkan per oral.
Anemia megaloblastik 
            Anemia megaloblastik biasanya berbentuk makrositik atau pernisiosa. Penyebabnya adalah karena kekurangan asam folik, jarang selaki akibat karena kekurangan vitamin B12. Biasanya karena malnutrisi dan infeksi yang kronik.
Pengobatan:
·     Asam folik 15-30 mg per hari
·     Vitamin B12 3x1 tablet per hari
·     Sulfas ferosus 3x1 tablet per hari
·     Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah
Anemia hipoplasti
            Anemia hipoplasti disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang membentuk sel-sel darah merah baru. Untuk diagnosis diperlukan pemeriksaan:
·     Darah tepi lengkap
·     Pemeriksaan fungsi sternal
·     Pemeriksaan retikulosit
            Gambaran darah tepi: normositik dan normokromik. Sumsum tulang memberikan gambaran normoblastik dan hipoplasia eritropoiesis. Penyebabnya belum diketahui, kecuali yang disebabkan oleh infeksi berat (sepsis), leracunan, dan sinar rontgen atau sinar radiasi. Tirapi dengan obat-obatan tidak memuaskan: mungkin pengobatan yang paling baik yaitu tranfusi darah, yang perlu sering diulang.
Anemia hemolitik
            Anemia hemolitik disebabkan penghancuran/pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Ini dapat disebabkan oleh:
1.     Faktor intrakorpuskuler; dijumpai pada anemia hemolitik heriditer, talasemia; anemia sel sickle (sabit); hemoglobinopati C, D, G, H, I dan paraksismal nokturnal hemoglobinuria
2.     Faktor ekstrakorpuskuler; disebabkan malaria, sepsis, keracunan zat logam, dan dapat beserta obat-obatan; leukemia, penyakit hodgkin
            Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, seerta gejala komplikasi bila terjadi kelainan pada organ-organ vital.
            Pengobatan bergantung pada jenis anemia hemolitik serta penyebabnya. Bila disebabkan oleh infeksi maka infeksinya diberantas dan diberikan obat-obat penambah darah. Namun, pada beberapa jenis obat-obatan, hal ini tidak memberi hasil. Maka tranfusi darah yang berulang dapat membantu penderita ini.

  1. HIPEREMESIS GRAVIDARUM
            Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari dan keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Biasanya terjadi pada kehamilan trimester I. Gejala tersebut kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu.
            Etiologi
            Penyebab hiperemesisi gravidarrum belum diketahui secara pasti, namun beberapa faktor mempunyai pengaruh antara lain:
a.  Faktor Predisposisi, sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, kehamilan ganda karena peningkatan kadar HCG
b.  Faktor Organik, karena masuknya Vili khorialis dalam sirkulasi maternal, perubahan matabolik akibat hamil dan resistensi ibu yang menurun dan alergi merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap anak
c.  Faktor psikologik, memegang peranan yang sangat penting, misalnya rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu.
d.  Faktor endokrin lain, diabetes, hipertiroid
Gejala Dan Tingkat
            Menurut berat dan ringannya dibagi menjadi 3:
1.     Tingkat I      : ringan
Mual muntah terus menerus yang menyebabkan penderita lemah, tidak ada nafsu makan, berat badan turun, nyeri epigastrium nadi sekitar 100x/mnt, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering, mata cekung.
2.     Tingkat II     : sedang
Mual dan muntah yang hebat menyebabkan keadaan umum penderita lebih parah, lemah, apatis, turgor kulit mulai jelek, lidah kering dan kotor, nadi kecil dan cepat, suhu badan naik (dehidrasi), ikterus ringan, berat badan turun, mata cekung, tensi turun, hemokonsentrasi, oliguria dan konstipasi, dapat pula terjadi asotonuria, dari nafas berbau aseton
3.     Tingkat III    : berat
Keadaan umum jelek, kesadaran sangat menurun, somnolen sampai koma, nadi kecil, halus dan cepat, dehidrasi berat, suhu badan naik, tensi turun sekali, ikterus. Dapat terjadi ensekalopati wernicke
Patologis
Otopsi wanita yang meninggal karena hiperemesis gravidarum diperoleh hasil:
1.     Hati
Pada tingkat ringan, hanya ditemukan degenerasi lemak tanpa nekrosis, degenerasi lemak senri lobuler
2.     Jantung
Jantung atrofi, lebih kecil dari biasa, kadang kala ditemukan perdarahan sub endokardial
3.     Otak
Terdapat bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti ensefalopati wernicke
4.     Ginjal
Tampak pucat, degenerasi lemak pada tubula kontorti
Patofisiologis
            Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah pada hamil muda, bila terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik. Faktor psikologis merupakan faktor utama, disamping pengaruh hormonal. Yang jelas wanita yang sebelum kehamilan sudah menderita lambung spastik dengan gejala tidak suka makan dan mual, akan mengalami emesis gravidarum yang lebih berat.
            Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbihidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. Kekurangannya cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang. Natrium dan khlorida darah turun, demikian pula khlorida air kemih. Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen kejaringan mengurang pula dan tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, menambah frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati. Disamping dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir esofagus dan lambung, dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
Penanganan
1.     pencegahan, penerangan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologis. Pencegahan lain yaitu tentang diit ibu hamil dan defekasi yang teratur
2.     Terapi obat, menggunakan sedative, vitamin, anti muntah, antasida, dan anti mulas
3.     Hiperemesis gravidarum tingkat II dan III harus dirawat inap di RS.

  1. ABORTUS
a.     Abortus imminens
Tanda dan gejala
a.     Perdarahan vagina: merah segar atau coklat
b.    Jumlah perdarahan sedikit/ perdarahan bercak
c.     Dapat terjadi terus menerus untuk beberapa hari sampai 2 minggu
d.    Kram abdomen bagian bawah atau sakit punggung normal
Manajemen
a.     Trimester I dengan sedikit perdarahan, tanpa disertai kram
1)     Tirah baring tidak terlalu bermanfaat; aktivitas normal dapat dilanjutkan kembali kecuali wanita merasa tidak nyaman atau lebih memilih untuk istirahat
2)     Istirahatkan panggul (tidak berhubungan seksual, tidak melakukan irigasi, atau memasukkan sesuatu ke vagina)
3)     Tidak melakukan aktivitas seksual yang menimbulkan orgasme
4)     Segera beritahu bidan jika terdapat :
·         Perdarahan meningkat
·         Kram dan nyeri pinggang meningkat
·         Semburan cairan dari vagina
·         Demam atau gejala mirip flu
5)     Periksakan pada hari berikutnya di rumah sakit
·         Evaluasi tanda-tanda vital
·         Pemeriksaan dengan speculum-merupakan skrining vaginitis dan servisitis; observasi bukaan serviks, tonjolan kantong ketuban, bekuan darah, atau bagian-bagian janin
·         Pemeriksaan bimanual-ukuran uterus, dilatasi, nyeri tekan, effacement, serta kondisi ketuban. Dapatkan nilai hemoglobin dan hematokrit, jenis dan Rh (jika belum ada)
b.    Jika pemeriksaan negative, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasuara untuk menentukan kelangsungan hidup janin, tanggal kelahiran, dan jika mungkin untuk menenangkan wanita
c.     Jika pemeriksaan fisik dan ultrasuara negatif, tenangkan wanita, kaji ulang gejala bahaya dan pertahankan nilai normal
d.    Konsultasi ke dokter jika terjadi perdarahan hebat, kram meningkat, atau hasil pemeriksaan fisik dan ultrasuara menunjukan hasil abnormal
b.    Abortus Insipiens
Keguguran membakat ini tidak dapat dihentikan, karena setiap saat dapat terjadi ancaman perdarahan dan pengeluaran hasil konsepsi. Abortus ditandai dengan:
a.     Perdarahan lebih banyak
b.    Perut mules (sakit) lebih hebat
c.     Pada pemeriksaan dijumpai perdarahan lebih banyak, kanalis servikalis terbuka dan jaringan/hasil konsepsi dapat teraba
Penanganan
1.     Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
a)     Berikan ergometrin 0,2 mg I.M (dapat diulang sesudah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam jika perlu)
b)    Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus
2.     Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
a)     Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi
b)    Jika perlu, lakukan infus 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik atau larutan Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi
3.     Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan

c.     Abortus Inkomplit
Ditandai dengan dikeluarkannya sebagian hasil konsepsi dari uterus.
Gejala klinis yang dapat terjadi:
1)     Perdarahan berlangsung terus
2)     Perdarahan mendadak
3)     Disertai infeksi dengan suhu tinggi
4)     Dapat terjadi degenerasi ganas (korio karsinoma)
Pada pemeriksaan dijumpai gambaran:
1)     Kanalis servikalis terbuka
2)     Dapat diraba jaringan dalam rahim atau dikanalis servikalis
3)     Kanalis servikalis tertutup dan perdarahan berlangsung terus
4)     Dengan pemeriksaan sonde perdarahan bertambah
Penanganan
1)     Jika perdarahan tidak terlalu banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi dapat dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum untuk mengeluarkan hasil konsepsi yang keluar melalui serviks. Jika perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau misoprostol 400 mcg per oral
2)     Jika perdarahan banyak atau terus berlangsung dan usia kehamilan kurang dari 16 minggu, evakuasi sisa hasil konsepsi dengan:
·         Aspirasi Vakum Manual (AVM), kuret tajam sebaiknya hanya dilakukan jika aspirasi vakum manual tidak tersedia.
·         Jika evakuasi belum dapat dilakukan segera, beri ergometrin 0,2 mg I.M (diulangi setelah 15 menit jika perlu) atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulangi setelah 4 jam jika perlu)
3)     Jika kehamilan lebih dari 16 minggu:
·         Berikan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40 tetes/menit sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi
·         Jika perlu berikan misoprostol 200 mcg pervaginam setiap 4 jam sampai terjadi ekspulsi hasil konsepsi (maksimal 800 mcg)
·         Evakuasi sisa hasil konsepsi yang tertinggal dalam uterus.
4)     Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.

d.    Abortus Komplit
Seluruh hasil konsepsi telah dikeluarkan, sehingga tidak memerlukan tindakan. Gambaran klinisnya adalah uterus mengecil, perdarahan sedikit, dan kanalis telah tertutup.
Penanganan:
·         Tidak perlu evakuasi lagi
·         Observasi untuk melihat adanya perdarahan banyak
·         Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan
·         Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600 mg/hari selama 2 minggu, jika anemia berat berikan transfusi darah
·         Konseling asuhan pascakeguguran dan pemantauan lanjut

  1. KET
Perjalanan hasil konsepsi dapat terganggu dalam perjalanan sehingga tersangkut dalam lumen tuba. Tuba falopii tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang dan menampung pertumbuhan janin sehingga setiap saat kehamilan yang terjadi terancam pecah.
Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90%)
Tanda dan gejalanya sangatlah bervariasi bergantung pada pecah atau tidaknya kehamilan tersebut. Alat penting yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kehamilan ektopik yang pecah adalah tes kehamilan dari serum dikombinasi dengan ultrasonografi. Jika diperoleh hasil darah yang tidak membeku, segera mulai penanganan.
Diagnosis banding
·         Abortus iminens
·         Penyakit radang panggul baik akut maupun kronis
·         Kista ovarium (terpuntir atau ruptur) dan apendisitis akut
Tanda dan gejala kehamilan ektopik
Kehamilan Ektopik
Kehamilan Ektopik Terganggu
·   Gejala kehamilan awal (flek atau perdarahan yang ireguler, mual, pembesaran payudara, perubahan warna pada vagina dan serviks, perlunakan serviks, pembesaran uterus, frekuensi buang air kecil yang meningkat
·   Nyeri pada abdomen dan pelvis
·   Kolaps dan kelelahan
·   Denyut nadi cepat dan lemah (110x/menit atau lebih)
·   Hipotensi
·   Hipovolemia
·   Abdomen akut dan nyeri pelvis
·   Distensi abdomen(a)
·   Nyeri lepas
·   Pucat
      (a) Distensi abdomen dengan shifting dullness merupakan petunjuk adanya darah bebas
            Penanganan awal
1.     Jika fasilitas memungkinkan, segera lakukan uji silang darah dan laparotomi. Jangan menunggu darah sebelum melakukan pembedahan
2.     Jika fasilitas tidak memungkinkan, segera rujuk ke fasilitas lebih lengkap dengan memperhatikan hal-hal yang diuraikan pada bagian penilaian awal
3.     Pada laparotomi, eksplorasi kedua ovaria dan tuba falopii:
·         Jika terjadi kerusakan berat pada tuba, lakukan salpingktomi (tuba yang berdarah dan hasil konsepsi dieksisi bersama-sama). Ini merupakan terapi pilihan pada sebagian besar kasus
·         Jika kerusakan pada tuba kecil, lakukan salpingektomi (hasil konsepsi dikeluarkan, tuba dipertahankan). Hal ini hanya dilakukan jika konservasi kesuburan merupakan hal yang penting untuk ibu tersebut, karena risiko kehamilan ektopik berikutnya cukup tinggi.


  1. MOLAHIDATIDOSA
Adalah jonjot-jonjot korion yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur, atau mata ikan. Kehamilan mola merupakan proliferasi abnormal dari vili khorialis.
Etiologi
Penyebab mola belum diketahui dengan pasti, faktor-faktor yang dapat menyebabkannya antara lain:
1.     Faktor ovum, ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.
2.     Imunoselektif dari trofoblas
3.     Keadaan sosek rendah
4.     Paritas tinggi
5.     Kekurangan protein
6.     Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Diagnosis dan gejala
1.     Anamnesa/keluhan:
a.     Terdapat gejal-gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasa
b.    Kadangkala ada tanda toksemia gravidarum
c.     Terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur, warna tengguli tua atau kecoklatan seperti bumbu rujak
d.    Pembesaran uterus tidak sesuai (lebih besar) dengan tua kehamilan seharusnya
e.     Keluar janringan mola seperti buah anggur atau mata ikan yang merupakan diagnosa pasti
2.     Inspeksi
a.     Muka dan kadang-kadang badan kelihatan pucat kekuning-kuningan (mola face)
b.    Bila gelembung mola keluar akan terlihat dengan jelas
3.     Palpasi
a.     Uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek
b.    Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen, juga gerakan janin
c.     Adanya fenomena harmonica; darah dan gelembung mola keluar, dan fundus uteri turun: lalu naik lagi karena terkumpulnya darah baru
4.     Auskultasi
a.     Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin
b.    Terdengar bising dan bunyi khas
5.     Reaksi Kehamilan, karena kadar HCG yang tinggi maka uji biologic dan uji imunologik (Galli Mainini dan planotest) akan positif setelah pengenceran (titrasi):
a.     Galli Mainini 1/300 (+), maka suspek mola hidatidosa
b.    Galli Mainini 1/200 (+), maka kemungkinan mola hidatidosa atau hamil kembar. Bahkan pada mola atau koriokarsinoma, uji biologik atau imunologik cairan serebro-spinal dapat menjadi positif.
6.     Pemeriksaan dalam
a.     Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian-bagian janin, terdapat perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, serta evaluasi keadaan serviks.
7.     Uji sonde, sonde dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri.. bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola.
8.     Foto roentgen abdomen, tidak terlihat tulang-tulang janin(pada kehamilan 3-4 bulan)
9.     Arteriogram khusus pelvis
10.  Ultrasonografi, pada mola akan kelihatan bayangan badai salju dan tidak terlihat janin.
Penanganan awal:
1.     Jika diagnosis kehamilan mola telah ditegakkan, lakukan evakuasi uterus:
2.     Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 unit oksitosin dalam 500 ml cairan I.V (NaCl atau Ringer Laktat) dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat)
Penanganan selanjutnya:
2.     Pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal atau tubektomi bila ingin menghentikan fertilitas
Lakukan pemantauan setiap 8 minggu selama minimal 1 tahun pasca evakuasi dengan menggunakan tes kehamilan dengan urin karena adanya risiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau khoriokarsinoma. Jika tes kehamilan dengan urin tidak negatif setelah 8 minggu atau menjadi positif kembali dalam 1 tahun pertama, rujuk ke pusat kesehatan tersier untuk pemantaun dan penanganan lebih lanjut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar