Kamis, 19 Mei 2011

“ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS”


“ASUHAN KEBIDANAN PADA INFERTILITAS”
                       
Suatu pasangan diklasifikasikan sebagai infertile atau subfertil apabila tidak hamil dalam satu tahun, tidak ada pembatasan koitus, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi.  Pasangan usia subur yang rata-rata berumur 20-an, dengan frekuensi koitus 3-4x/minggu, mempunyai 1 dari 4 kemungkinan kehamilan tiap bulan.
Infertilitas dapat terjadi pada berbagai kalangan, ras/bangsa, atau berbagai latar belakang social, dan infertilitas sering dikatakan sebagai masalah perempuan.
Penyebab
Penyebab infertilitas dibagi menjadi 3, yaitu:
1.     Masalah perempuan
Pada wanita yang tidak terjadi ovulasi tidak memproduksi dan melepas ovum.  Apabila wanita tersebut berovulasi tetapi tidak teratur/tidak sering dapat mengurangi kesempatannya untuk hamil, atau fertilisasi menjadi semakin sulit.
Semakin tua wanita tersebut menjadi kurang kesuburannya, kehamilan mungkin terjadi lebih lama, akan meningkatkan terjadinya abortus, dan peningkatan terjadinya kelainan pada janin.  Berikut adalah penyebab adanya masalah pada perempuan:
a.     Viabilitas sel telur
Saat dilahirkan, sel telur wanita berbentuk in situ.  Sisa dalam tubuhnya tidak diubah sampai dilepaskan sebagian pada siklus menstruasi.  Telur yang diproduksi oleh wanita yang lebih tua mempunyai kualitas yang lebih rendah, pengeluaran tidak teratur dan mudah menjadi tidak subur; keadaan ini tidak seperti pada laki-laki.  Sperma diproduksi mulai saat pubertas sampai seterusnya.  Untuk mencapai maturitas sperma mamarlukan waktu 3 bulan sehingga fertilitas laki-laki dapat lebih lama, sperma juga tidak terbatas usia dan fertilitasnya hanya akan sedikit berkurang pada usia 60 tahun.
b.    Kerusakan tuba fallopi
Wanita yang mengalami kerusakan tuba fallopi akan menghalangi sel telur dan sperma bertemu dan mencegah terjadinya pembuahan.  Jika terjadi pembuahan, telur yang dibuahi tidak bergerak menuju uterus maka akan tertanam di tuba, dan akan menjadi kehamilan ektopik, dimana tumbuhnya hasil konsepsi setiap saat dapat memecah tuba dan menyebabkan perdarahan.
Walaupun dapat didiagnosa awal dan ada penanganan, tetapi seringnya dilakukan tindakan salpingektomi, sebagian atau seluruh bagian tuba, dimana kemungkinan lebih lanjutnya adalah tertuju pada kesuburan wanita tersebut.
c.     Kelainan uterus
Wanita mungkin dapat mempunyai kelainan pada uterusnya dimana dapat mencegah proses implantasi, contohnya kelainan struktur fibrosa seperti uterus bikornu atau septum yang bercabang-cabang.
d.    Endometriosis
Endometriosis yang dapat menyebabkan rasa sakit kadang tidak diperhatikan kecuali jika cukup banyak menyebabkan kerusakan atau menyebabkan kista ovarium yang dinamakan endometriomas.
2.     Masalah laki-laki
Masalah pada laki-laki yaitu tidak diproduksinya sperma, jumlah sperma yang kurang atau adanya kelainan pada sperma.  Jika sperma yang diproduksi tidak mampu bergerak maka tidak akan mampu melakukan pembuahan.
Berikut adalah karakteristik sperma normal (WHO, 1994):
v  Volume                   : 2-4 ml
v  Lama pencairan       : mencair sempurna dalam 30 menit
v  Jumlah                    : 20 juta/ml atau lebih
v  Gerakan                  : 40% (bergerak ke depan)
v  Morfologi                : 30% lebih berbentuk normal (oval)
Volume sperma yang sedikit mengindikasikan bahwa sample tidak lengkap.  Tetapi jika hal ini menetap, mungkin terjadi sumbatan duktus ejakulatorius atau tidak adanya sperma sejak lahir.  Pemeriksaan sperma dilakukan tidak boleh kurang dari 36 jam dan lebih dari 72 jam sejak ejakulasi.  Jika terdapat <10 juta sperma/ml disebut sebagai “oligospermia”.
a.     Azoospermia (tidak adany spermatozoa)
Jika tidak dilihat adanya sperma pada 2x pemeriksaan maka laki-laki tersebut dinamakan azoospermic sehingga pembuahan tidak dapat terjadi.
b.    Kelainan sperma
Cairan sperma biasanya mengandung hingga 30% kelainan yang mungkin dapat terjadi di kepala, badan, atau ekor sperma.  Apabila terdapat >60% kelainan pada sperma, dapat menyebabkan masalaj dalam fertilitas.
c.     Gerakan sperma
Sperma bergerak sangat cepat.  Sekurang-kurangnya 50% dari seluruh jumlah sperma bergerak maju, dan jika tidak maka pembuahan tidak akan terjadi.
d.    Impotensi
Pasangan laki-laki dapat juga terjadi impotensi atau tidak dapat berereksi sehingga tidak mungkin dapat melakukan koitus.  Penyebabnya mungkin karena factor organic misalnya DM, hiperprolaktinemia, atau riwayat pembedahan sebelumnya, atau mungkinjuga factor psikologis.  Selain itu, ejakulasi dini, dimana laki-laki tidak dapat berejakulasi di dalam vagina atau terjadi ejakulasi lambat juga akan mencegah terjadinya kehamilan.
e.     Kerusakan saluran
Saluran dari testie menuju uretra dapat terjadi kerusakan karena mungkin terluka sebelumnya.  Kerusakan dapat berupa genetic, namun lebih sering terjadi karena infeksi atau karena vasektomi.
f.     Varicocele
Varicocele yaitu suatu keadaan dimana adanya dilatasi vena (menyerupai vena varicose), yang dapat dideteksi dengan teraba lembek di atas testis.  Aliran darah yang terlalu banyak menyebabkan pembuluh darah di sekitar testis membesar sehingga dapat meningkatkan suhu testis dan keadan ini berpengaruh terhadap produksi sperma.

3.     Masalah pada pasangan
Pada saat-saat ovulasi perubahan mukosa servik akan tampak dan menetap, dimana akan tampak jelas dan sangat elastis, dan perubahan ini dapat diidentifiksi pada siklus alaminya.
Setelah koitus, beberapa sperma berenang dalam mukosa menuju ke uterus, sedangkan sisanya berada di servik sampai 24 jam.  Pada sat ini dapat dilakukan pemeriksaan dengan iju post coitus (Post Coital Test/ PCT).  Wanita dating ke rumah sakit6-10 jam setelah berhubungan seksual dan contoh mukosa diserahkan, lalu diperiksa dengan mikroskop dan dicatat apakah terdapat sperma.  Jika tidak didapatkan sperma dan sample sperm sudah dilihat sebelumnya, mungkin terjadi gangguan koitus.  Atau jika sperma tidak bergerak mungkin terdapat inkompatibilitas (ketidakcocokan), atau tidak adannya antibody sperma; antibody adalah substansi yang diproduksi oleh tubuh sebagai bentuk pertahanan untuk mellindungi diri dari benda asing agar terhindar dari infeksi.
Factor-faktor yang biasa mempengaruhi kesempatan pasangan untuk hamil mungkin karena pekarjaan.  Pasangan tidak dapat berhubungan seksual dengan teratur oleh karena pekerjaan yang banyak sehingga membuat mereka terlalu lelah, pekerjaan yang berpindah-ppindah, atau bekerja di luar rumah menurunkan kesempatan untuk berhubungan seksual.
Masalah psikoseksual yang serius dapat dideteksi jika pasangan ingin mempunyai anak, contohnya vaginismun, dimana hal ini harus diatasi sebelum terjdi konsepsi.  Pasangan juga perlu diberikan informasi mengenai seksualitas dan bagaimana terjadinya kehamilan.
Tidak adanya penyebab-penyebab infertilitas pada pasangan juga dapat ditemukan, yang dinamakan dengan “Unexplained infertility” dimaan tidak ditemukan masalah tetapi ditemukan adanya tekanan dan kecemasan yang dapat meningkat secara tak menentu.
Pemeriksaan-pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasangan untuk mendiagnosa sehingga dapat teridentifikasi dengan cepat yaitu meliputi:
a.     Pemeriksaan darah pada perempuan
1)     LH-FSH; pemeriksaan darah untuk menilai LH-FSH dilakukan pada 5 hari pertama menstruasi.  Jika terdapat amenorhea, pemeriksaan dapat dilakukan kapan saja
2)     Hormon prolaktin dan hormon stimulasi thyroid; pemeriksaan in hanya dilakukan pada wanita dengan siklus menstruasi >42 hari, dan dapat dilakukan kapan saja
3)     Thalassemia dan sel bulan sabit; pemeriksaan ini dilakuka pada beberapa wanita yang berasal dari Eropa bagian utara.  Jika salah satu positif maka pasangannya harus diperiksa; dari manapun dia berasal.  Pemeriksaan ini dapat dilakuka kapan saja
4)     Rubella; pemeriksaan ini dapat dilakukan kapan saja apabila status rubella pada seseorang tidak diketahui
5)     Hemoglobin; pemeriksaan ini dilakukan jika wanita mempunyai riwayat menoragia atau diet ketat
6)     Progesterone pada fase lutheal; pemeriksaan dilakukan untuk mengkaji apakah terjadi ovulasi, sample darah diambil 7 hari sebelum periode sebelumnya tiba, tapi jika hasilnya kurang dan menstruasinya terlambat pemeriksaan harus diulangi.
b.    Asupan servik; dilakukan sebagai skrining rutin
c.     Uji sperma laki-laki; sample sperma diperiksa di RS, dimasukan tempat, dan klien dianjurkan untuk tidak berkoitus.
Pengobatan
      Pengobatan pada klien infertile setiap saat selalu berkembang, tetapi berikut adalah pengobatan yang biasa dilakukan :
1.     Induksi ovulsi
Untuk menentukan bagaimana pengobatan tidak adanya ovulasi harus diketahui kenapa hal tersebut terjadi
Penyebab yang biasa terjadi pada amenorhoe adalah
a.     Kista ovarium
Merupakan penyebab patologis terbesar, tidak adanya ovulasi dan gangguan menstruasi, yang dapat dilihat dengan gejalanya sebagai berikut;
1)     Gangguan menstruasi – Oligomenorhea, amenorhoe atau terlalu sering (polimenorhe)
2)     Jerawat, banyak tumbuh rambut di badan atau kulit berminyak (biasanya disebabkan karena terlalu banyak testoteron)
3)     Obesitas
b.    Hypopituitari hipotalamus
Pada keadaan ini, kelanjar pituitary tidak mengeluarkan cukup LH dan FSH untuk merangsang ovarium untuk mematangkan ovum dan mengeluarkannya. Penyebab adalah malnutrisi yang dapat mengehntikan siklus menstruasi, yang dikarenakan kekurangan asupan makanan pada wanita dengan diet ketat atau wanita dengan anoreksia nervosa.
c.     Hiperprolactinemia
Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelanjar pitutari dan dalam pelepasannya diatur oleh hipotalamus. Hormon ini dikeluarkan dalam jumlah besar pada kehamilan dan mencegah terjadinya menstruasi dengan penekanan pengeluaran LH dan FSH.
Jika prolaktin diproduksi pada wanita yang tidak hamil maka akan mengakibatkan terjadinya amenorhoe. Tanda yang baisanya muncul adalah galactorhoe (keluarnya air susu yang berlebihan). Pengobatan yang paling baik pada keadaan ini adalah bromociptine, dapat diberikan dalam bentuk tablet. Obat ini mengurangi kadar prolaktin sampai batas normal dalam beberapa minggu, siklue menstruasi kembali normal dan kesempatan untuk hamil akan sama dengan wanita normal lainnya.
d.    Menopouse premature
Menopause premature apabila menopause terjadi sebelum umur 40 tahun; dapat di diagnosa dengan adanya kadar LH dan FSH yang tinggi dan estradiol yang rendah. Kondisi ini juga dinamakan atau disebut dengan kegagalan ovarium premature. Ovum tidak dapat diproduksi sehingga kehamilan hanya dapat dicapai dengan menerima donor sel telur dari wanita lain.
2.     Operasi tuba
Kerusakan tuba secara umum disebabkan karena infeksi pelvis, seperti penyakit radang panggul yang akhirnya akan terjadi kerusakan tuba atau tuba tersumbat.
3.     Fertilisasi In Vitro
Fertilisasi in vitro digunakan sebagai penanganan bebrapa penyebab infertile diantaranya :
·         Infertilitas yang tidak jelas
·         Infettil karena factor laki-laki
·         Kegagalan donor pembuahan
·         Penyakit servik
·         Kegagalan induksi ovulasi
Langkah awal tindakan ini adalah menurunkan pengaturan uterus dengan pemberian buserline secara IV atau nasal. Busereline bekerja seperti hormon LH-RH sehingga mencegah kelenjar pitutari melepaskan FSH dan LH. Pada akhir tahap ini diberikan injeksi hormon HCG agar terjadi materitas sel telur.
Hari berikutnya sel telur dikumpulkan dilihat dengan gelombang ultrasonic dilihat secara pervaginam atau kadang-kadang dengan laparskopi. Pada prosedur ini dapat diberikan beberapa pilihan gestasi general atau sedatif intravena dan analgesik. Sel telur ditempatkan bersama dengan sperma dalam incubator semalam.
Pagi harinya dapat dilihat apakah terjadi pembuahan, jika terjadi pembuahan dinamakan pre embrio dan di laboratorium sapmai 36 jam. Setelah terkumpulnya sel telur, sampai berkembang dan cukup dapat ditempatkan dalam uterus.
Umumnya tidak boleh lebih dari 2 embrio yang di tempatkan atau di masukan karena meningkatkan resiko kehamilan ganda. Pasangan tersebut dapat menunggu 14 hari untuk melihat terjadinya implantasi dan kehamilan berkembang. Saat ini adalah waktu yang sangat sulit dan meskipun pasanan tersebut mengerti benar bahwa keberhasilannya sangat kecil, perasaan putus asa dan takut apabila pengobatan gagal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar